Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan otoritas Kamboja setelah dua kasus infeksi flu burung H5N1 pada manusia ditemukan di satu keluarga di negara itu.
Menyebut situasinya “mengkhawatirkan” disebabkan kenaikan jumlah kasus belum lama ini di kalangan unggas dan mamalia, Dr Sylvie Briand, direktur pencegahan dan persiapan pandemi dan endemi, mengatakan kepada para reporter dalam penjelasan pers virtual bahwa WHO sedang mengkaji penilaian risiko globalnya sehubungan dengan perkembangan terakhir, lapor Reuters Jumat (24/2/2023).
Awal bulan ini, badan kesehatan PBB itu menilai risiko flu burung pada manusia masih rendah.
Hari Kamis otoritas Kamboja melaporkan kematian seorang anak perempuan berusia 11 tahun akibat H5N1 dan mulai melakukan tes terhadap 12 orang yang kontak dekat dengannya. Ayahnya, yang menunjukkan gejala sakit, juga dites positif terjangkit virus tersebut.
“Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia termasuk manusia,” kata Briand, seraya mengimbau agar semua negara meningkatkan kewaspadaan.
Briand mengatakan belum jelas apakah ada penularan dari manusia ke manusia, yang merupakan alasan utama untuk fokus pada kasus di Kamboja, atau apakah kedua kasus tersebut disebabkan oleh “kondisi lingkungan yang sama”, kemungkinan kontak dekat dengan unggas atau hewan lain yang terinfeksi.
Varian baru H5N1, clade 2.3.4.4b, muncul pada tahun 2020 dan telah menyebabkan kematian cukup banyak di kalangan unggas liar dan domestik beberapa bulan terakhir. Virus itu juga telah menginfeksi mamalia, sehingga menambah kekhawatiran global.
Namun, tidak seperti wabah H5N1 sebelumnya, yang telah ada selama lebih dari dua dekade, subtipe ini tidak menyebabkan penyakit yang signifikan pada manusia. Sejauh ini, hanya sekitar setengah lusin kasus telah dilaporkan ke WHO pada orang yang memiliki kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, dan sebagian besar gejalanya ringan.
Para ahli berpendapat bahwa virus kemungkinan perlu berubah untuk bisa terjadi penularan antarmanusia terjadi.
Laboratorium-laboratorium afiliasi WHO saat ini sudah menyimpan dua varian virus flu burung yang berkaitan dekat dengan virus H5N1 yang saat ini sedang beredar, yang dapat dipakai oleh pembuat vaksin untuk mengembangkan vaksinnya jika diperlukan. Demikian menurut Richard Webby, direktur WHO Collaborating Center for Studies on the Ecology of Influenza in Animals and Birds di St. Jude Children’s Hospital. []
Sumber: Hidayatullah