RENUNGAN AUTOFAGI : TEORI GERMINATIF VS MEKANISME AUTOFAGI


Oleh: Dikdik Kodarusman

Masih sekitar kesalah pahaman terhadap mekanisme autofagi. Banyak pihak dengan menjalankan mekanisme autofagi maka sistem imunnya jadi meningkat. Dengan peningkatan sistem imun maka kuman penyakit dapat dikalahkan.

Cara berfikir seperti ini tak lepas dari teori germinatif sebagai asal penyebab penyakit. Dan meski teori germinatif ini baru mendapat landasan sejak ditemukannya mikroorganisme oleh Antony van Leewenhoek dengan menggunakan  mikroskop
yang dirancangnya sendiri. Dengan alat itu Van Leewenhoek mampu melihat objek mikroskopis hingga pembesaran 300 kali.

Sejak saat itu dugaan penyakit yg disebabkan oleh mikroorganisme jadi meluas. Hal itu diperkuat dengan temuan bakteri tahan asam oleh Robert Koch pada penderita penyakit tuberkulosa. Dugaan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit jadi meluas. Hal inilah yg melahirkan apa yg disebut teori germinatif.

Teori ini sebetulnya tdk diterima sepenuhnya dalam dunia kedokteran. Namun pengaruh teori ini sangat terlihat jelas dalam arah pelayanan, penelitian dan pendidikan kedokteran. Semua upaya penanggulangan penyakit ditujukan untuk menumpas sumber penyakit tersebut. Pendekatan
yang disebut eradikasi, atau pemusnahan penyakit.

Paham ini semakin kuat dengan temuan penisilin oleh dokter Alexander Fleming. Banyak tentara
yang terluka selama perang dunia pertama sembuh setelah pemberian penisilin. Terlepas dari efek sampingnya, penemuan penisilin telah memicu penggunaan dan penelitian antibiotik pada berbagai penyakit.

Paham ini juga mendapat tempat dengan upaya pemberian pisin yang pertama dilakukan oleh Edward Jenner. Pemberian pisin utk membuat tubuh kenal dan kebal terhadap penyakit infeksi. Upaya yang saat ini, betul-betul sangat dipercaya bisa menghilangkan kademi.

Namun faktanya, kademi yg umumnya berlangsung cepat malah jadi lama. Bahkan muncul ancaman kademi baru yg membutuhkan pisin baru pula. Tentu saja ini akan berbeda dengan pendekatan autofagi.

Dengan pendekatan autofagi, munculnya agen infeksi baru harus dimanfaatkan sebagai pemicu mekanisme autofagi. Mekanisme yg akan menghasilkan kondisi tubuh yang terbarukan. Bisa jadi, dengan pemahaman autofagi kademi menjadi sesuatu yang diinginkan. Bisa jadi!

Meski terlihat seperti sesuatu yg baru, teori germinatif sebetulnya hanya merupakan transformasi dari teori lama. Teori
yang berasal dari keyakinan pd sesuatu yang ghaib, teori shamanisme. Sesuatu yang tidak terlihat dan menyebabkan penyakit. Praktisinya tentu saja para shaman, dukun, cenayang, atau apapun sebutannya masih ada hingga sekarang.

Bedanya hanya alat pendeteksinya. Yang satu menggunakan alat
yang disebut mikroskop untuk melihat organismenya. Yang lain menggunakan mata batin juga untuk melihat mahluk halus penyebab penyakitnya.

Konsep ini tentu saja berbeda dengan praktik kedokteran tradisional
yang berbasis bioenergi. Uniknya, konsep ini juga dianut oleh Hippocrates yg dianggap perintis kedokteran modern. Kedokteran tradisional yang berbasis bioenergi lebih melihat penyakit diakibatkan oleh kekacauan sirkulasi energinya.

Kekacauan siklus energi disebabkan banyak hal. Baik itu pengaruh lingkungan eksternal maupun proses internal emosi seseorang. Kekacauan siklus energi itu
yang menjadi pusat perhatian dlm kedokteran tradisional.

Konsep kedokteran tradisional muncul sbg hasil sampingan dari latihan spiritual. Latihan spiritual
yang tujuan awalnya untuk lebih memahami diri sendiri dan mencari kebenaran hidup. Konsep yang lebih menekankan upaya untuk menghilangkan kekacauan pada diri sendiri.

Konsep pendekatan mekanisme autofagi ternyata sangat dekat dengan konsep kedokteran tradisional. Dalam konsep autofagi juga dipahami penyakit bukanlah berasal dari luar. Penyakit lebih dilihat sebagai upaya tubuh menyeimbangkan dirinya sendiri dari kondisi yg mulai tdk seimbang.

Dalam pendekatan autofagi, semua upaya dilakukan agar mekanisme tubuh untuk menyeimbangkan dirinya sendiri bisa berlangsung. Meski dlm prosesnya sering menimbulkan ketidaknyamanan, namun hasil akhir dari mekanisme ini adalah kondisi tubuh
yang lebih baik dan terbarukan.

Teori germinatif dan shamanisme melihat sumber masalah berasal dari luar tubuh. Sedangkan konsep kedokteran tradisional dan autofagi lbh melihat kedalam. Autofagi dan spiritualitas menekankan upaya menata diri sebagai proses berkelanjutan dalam menjadikan diri lebih baik.

Dengan pendekatan autofagi, bisa jadi penggunaan antibiotik akan ditinggalkan sama sekali. Masalah
yang selama ini dihadapi dalam dunia kedokteran yaitu irrasionalitas penggunaan antibiotik juga akan lenyap. Pengertian terapi sebagai penggunaan obat juga akan terkikis.

Kelak, jika seseorang sakit, bisa jadi nasihatnya hanya berupa anjuran berlibur. Bisa juga hanya sekedar merubah pola makan. Atau bisa juga dengan merubah aktivitas kerja. Atau malah sengaja diinfeksi oleh patogen tertentu. Sesuatu
yang berbeda dengan pendekatan pelayanan kesehatan saat ini.

Mana
yang lebih baik, tergantung keyakinan anda sendiri. Percaya bahwa dunia luar memusuhi kita atau percaya bahwa kita harus menata diri agar hidup selaras dengan semesta. Keputusan ada ditangan masing-masing.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Sumber: (1) Facebook

Dikdik Kodarusman 31 Mei pukul 10.06 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama